Thursday, February 2, 2012

Aku Benci Teman-temanku


Oleh : Parjiyana, S.Pd, Kepala SMA IT Al Irsyad Purwokerto

“Aku benci pada teman-temanku! mereka sok pintar, sombong dan suka mengejekku! Aku yang diejek cuma bisa diam dan awalnya kupendam saja sendiri, namun lama-lama aku mulai nggak tahan. Sekarang aku pun jadi benci pada beberapa pelajaran. Semuanya itu akibat ulah mereka!” kata Anita (bukan nama sebenarnya) kepada konselor saat proses konseling tengah berlangsung.

Anita duduk di kursi dengan gelisah. Suaranya terdengar semakin meninggi dan judes. Kedua tangannya yang mengepal sesekali memukul-mukul lengan kursi, sambil menghentak-hentakkan kaki berulang-ulang di lantai. Terlihat sangat jelas ekspresi kebenciannya pada teman-temannya. Ekspresi ini baru muncul pada pertemuan kedua dengan konselor. Sebelumnya Anita tampak murung, bermuka masam, dan kurang bersahabat.

Anita adalah anak perempuan berusia 13 tahun yang pada saat ini telah duduk di kelas VII SMP. Beberapa bulan terakhir Anita menarik diri dari pergaulan dengan teman-teman dan malas belajar. Anita sedang merasa terganggu, ia merasa tidak aman bila bersama teman-temannya sehingga menarik diri dan merasa rendah diri.

Kompetensi Anita pun menjadi rendah karena ia merasa paling bodoh dan sulit mengikuti semua pelajaran di kelas. Aspirasinya mendeg padahal sebenarnya Anita ingin seperti teman-temannya, mampu berpendapat untuk menyampaikan aspirasinya saat pelajaran berlangsung agar teman-temannya mengerti bahwa dirinya bukan anak yang bodoh. Semangat Anita mulai layu saat teringat teman-teman yang selalu mengejek sehingga berpikir untuk apa belajar toh hanya sia-sia saja. Anita pun kehilangan kesempatan untuk bertanya pada teman dan guru yang mengajar.

Beberapa penjajagan dilakukan konselor untuk mendeteksi kondisi psikis Anita. Hasilnya, psikis Anita sedang sakit bahkan harus segera mendapat prioritas penyembuhan. Bila dianalogikan dengan sakit fisik maka Anita harus segera dioperasi karena sudah sangat kritis.

Bila hal penanganan tidak dilakukan, maka Anita akan mengalami mati rasa. Karena itulah perlu dilakukan beberapa penanganan dengan terus mengharap bantuan dari Allah SWT. Dengan ini, Anita perlu untuk diajak mengatasi lima kondisi yang menyebabkan salah suai/kelainan tingkah laku. Konselor pun melakukan penanganan secara bertahap, seperti dapat diuraikan sebagai berikut.

Penanganan/pembinaan secara langsung dilakukan dengan : Pertama, menumbuhkan keyakinan pada Anita tentang perbedaan individual, kesamaan hak dan kewajiban.

Sebagaimana dipahami, pada dasarnya setiap orang memiliki kesamaan hak dan kewajiban terhadap orang lain. Fenomena teman-teman Anita yang merasa pintar dan sombong bahkan suka mengejek itu perlu ditelaah sebabnya.
Setelah beberapa kali konsultasi dan observasi, konselor menemukan sebab kemunculan perilaku buruk pada teman-teman Anita, yakni disebabkan oleh sikap acuh tak acuh Anita pada pertemuan-pertemuan pertama dengan mereka. Hal ini mengakibatkan tidak terpenuhinya hubungan timbal balik yang positif antara Anita dengan teman-temannya.

Anita pun mulai dapat menerima kenyataan bahwa sikapnya yang kurang peduli telah memperburuk hubungan. Ia pun mulai merasa yakin bahwa permasalahan ini dapat diselesaikan dengan perubahan sikapnya.
Penanganan yang kedua adalah berusaha menumbuhkan keyakinan bahwa apapun kelemahan yang ada pada Anita bisa diatasi. Upaya ini sangat penting karena dapat memunculkan kerja keras dan keyakinan pada Anita. Sangat penting untuk melibatkan orangtua agar pembinaan dapat berlangsung terus menerus tanpa jeda.
Pembinaan yang ketiga menekankan pada upaya memotivasi Anita untuk mengasah kemampuan berpendapat. Cara yang dilakukan oleh konselor adalah dengan melakukan Imajiner Drill yaitu mengajak Anita untuk membayangkan seakan berada dalam kelas bersama teman-temannya sedang mengikuti pelajaran yang dibencinya. Anita pun diarahkan untuk memberi respon dari stimulus-stimulus yang ada pada guru dan teman-temannya. Hasilnya dapat terlihat setelah bebrapa kali diujicobakan, dimana Anita mulai berani mengungkapkan pendapatnya di depan guru kelasnya.

Keseluruhan proses pembinaan ini menunjukkan hasilnya secara bertahap, namun sesekali Anita menunjukkan perkembangan yang cepat. Karena itulah konselor mulai melakukan pembinaan yang keempat yakni meningkatkan semangat untuk berubah pada Anita.

Sebelum konseling dilakukan, sikap Anita tampak pasrah dengan keadaan. Namun setelah pembinaan yang ketiga tampaknya keyakinan akan keberhasilan proses konseling membuat Anita bersemangat. Konselor pun mendukungnya dengan mengatakan “Ayo kita berjuang menjadi lebih baik, lebih berkualitas, dan lebih hebat!”
Masalah yang mengganggu adalah masih belum stabilnya emosi pada Anita, yang bagaimanapun masih remaja. Karena itulah, konselor melakukan strategi pembinaan yang kelima yakni selalu memotivasi Anita dalam setiap kesempatan. Tidak hanya itu, konselor pun mengajak Anita untuk menyemangati diri sendiri setiap saat. “Aku pasti bisa!”. Konselor dan Anita sangat setuju dengan peribahasa “Dimana ada kemauan disitu ada jalan”.
Lima strategi pembinaan ini kemudian dilengkapi dengan penangan secara tidak langsung seperti memberikan perhatian pada perkembangan psikologi secara khusus. Konselor secara teratur melakukan evaluasi terhadap perkembangan psikologi Anita. Pelayanan konsultasi dan pelibatan orangtua merupakan strategi yang bermanfaat untuk membuat Anita merasa lebih nyaman.

Setelah beberapa kali pertemuan dan pembinaan, maka Anita pun mulai mampu memahami dirinya sendiri terhadap kelemahan dan kelebihan diri, tumbuh motivasi baru, semangat baru, dan inisiatif baru dalam menjalani kehidupan terutama berhubungan dengan teman-temannya.

Hasilnya, saat ini Anita merasa nyaman. Perasaan jengkel, judes dan acuh telah dibuangnya ke samudera yang jauh. yang tertinggal hanyalah senang, bahagia dan nyaman dalam dirinya. Banyak hal yang mulai dikerjakan dengan penuh semangat, Anita pun kini dapat meningkatkan kompetensinya, belajar dan komunikasi ia tingkatkan, sosialisasi dibangun di setiap teman. Doa dan ibadahnya kepada Allah menjadi ruh dalam setiap aktivitas Anita.
Semoga Anita tetap bahagia dan berhasil dalam menempuh pendidikannya walau sekarang masih kelas VII. Wallohualam bishshawab.[]

No comments:

Post a Comment